Bagaimana cara mengenali bakat kita? Di artikel yang lalu kita sudah mempelajari ada tiga ciri bakat: nagih, reaksi otomatis, dan energi. Nah, kita pun dapat mengenali bakat dari perilaku yang seringkali justru kita anggap sebagai “kelemahan” kita. Metode ini juga dapat kita gunakan untuk mengenali tanda-tanda bakat dari anak kita.
Misalnya, saya awalnya agak “benci” dengan kemampuan menghasilkan ide yang saya miliki. Setiap kali mendengar atau melihat sesuatu, otak saya langsung memunculkan ide. Entah terpikir peluang baru atau ide untuk meng-improve sesuatu tersebut. Masalahnya adalah, saya hanya senang menceritakan ide yang saya punya. Namun, saya tidak pernah bersegera melaksanakannya. Akhirnya, orang mengenal saya sebagai orang yang banyak ide tapi minim tindakan. Bagaimana saya tidak membenci kemampuan saya karena ini? Saya menganggap hal ini sebagai kelemahan.
Bakat menghasilkan ide seperti ini disebut dengan IDEATION. Bakat IDEATION saya tinggi, sementara bakat ACTIVATOR saya rendah (ACTIVATOR adalah bakat untuk bertindak segera setiap kali terpikir sesuatu, moto mereka adalah “just do it”). Dulu, saya tidak tahu bagaimana mengasah, mengelola dan mengarahkan bakat IDEATION saya. Wajar bila kemudian saya justru mengira bahwa itu adalah kelemahan yang saya miliki.
Tujuh tahun lalu ketika saya pertama kali mengenal kosakata bakat, barulah saya menyadari bahwa ini adalah potensi kekuatan saya. Bukan kelemahan. Saya menyadari bahwa IDEATION adalah bakat saya. Maka, sejak saat itu saya mencari cara bagaimana untuk mengasah, mengelola dan mengarahkannya. Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan metode untuk mengelola ide saya. Saya pun menemukan skill yang tepat untuk mengasah bakat ini. Juga aktivitas/profesi yang dapat mengoptimalkan potensi kekuatan saya ini. Di bahasan berikutnya, insyaallah saya akan bahas detailnya.
Esensi yang ingin saya sampaikan adalah, seringkali awalnya kita menganggap potensi kekuatan kita sebagai kelemahan. Demikian pula saat kita mengamati anak-anak kita atau orang lain di sekitar kita. Bakat yang nampak seperti kelemahan adalah bakat yang masih mentah. Bakat yang belum terasah. Ibarat berlian, berlian yang masih diselimuti bebatuan lain sehingga tidak nampak keindahannya.
Coba perhatikan, apa perilaku yang sering muncul dari diri kita namun kurang kita sukai? Lihat perilaku anak kita yang berulang yang mungkin kurang kita suka. Lihat dari sudut pandang yang berbeda. Dimanakah perilaku ini dapat bermanfaat?
- Anak yang cerewet bisa jadi punya bakat COMMUNICATION.
- Anak yang grusa-grusu bisa jadi punya bakat ACTIVATOR.
- Anak yang keras dan sulit diatur bisa jadi punya bakat COMMAND.
- Anak yang senang melamun bisa jadi punya bakat FUTURISTIC.
Kita tidak tahu sampai kita menggalinya lebih dalam. Kita akan memahaminya bila kita mengenal kosakata bakat. Tanpanya, kita akan buta dengan apa yang kita lihat.
PS. Tertarik mengenal kosakata bakat? Saya membuka workshop Fundamental Talents Mapping loh. Cek infonya di sini.