fbpx
Darmawan Aji Productivity Coach. Penulis 7 buku laris: Kitab Anti Penundaan, Self-Coaching, Mindful Life, Productivity Hack, Life by Design, Hypnoselling, dan Hypnowriting. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

Teknik Membaca Cepat, Perlukah?

1 min read

Banyak yang tanya ke saya: gimana cara baca cepat mas?

Jawabannya: saya nggak bisa baca cepat. Saya bacanya lambat. Kecepatan baca saya biasa saja. Normal kecepatan baca orang dewasa. Sekitar 250 kata per menit. Lambat banget kan? Hehe

Cuma kalau ditanya apakah saya tahu teknik baca cepat, saya tahu. Hampir semua teknik baca cepat berakar dari metode speed reading-nya Evelyn Wood dan photoreading-nya Paul Scheele. Metode Wood dan Scheele ini kemudian ditiru (baca: dikembangkan) oleh orang lain dan dilabeli dengan nama yang berbeda-beda. Speed reading ala Evelyn Wood misalnya, dikembangkan lalu dipopulerkan oleh Bobbi de Porrter (Quantum Learning) dan Tony Buzan.

Secara konsep, teknik speed reading lebih masuk akal dibandingkan photoreading. Photoreading mengklaim kita bisa memahami bacaan dengan kemampuan photographic memory. Sehingga kita bisa membaca dua halaman per detik hanya dengan melihat dan memotretnya di dalam pikiran. Menurut mereka unconscious mind kita akan mengolahnya kemudian. Apakah saya percaya dengan teknik semacam ini? Jawabannya ya dan tidak. Saya kadangkala menggunakan teknik semacam photoreading untuk menyimak ulang buku yang saya baca di bidang yang sudah saya kuasai. Tapi jujur saja, saya belum menemukan orang yang berhasil menggunakan photoreading untuk membaca buku fisika matematik (baca: kalkulus lanjutan) dan memahaminya. Mungkin ada, cuma saya kurang gaul saja.

Menurut hemat saya, sebelum belajar baca cepat kita perlu melatih reading comprehension dan reading habit terlebih dulu.

Reading comprehension artinya berlatih memahami bacaan. Memaknai dan menyimpulkan apa yang dimaksud oleh penulisnya. Ini perlu dilatih karena kemampuan memahami bacaan di negeri kita masih kurang.

Reading habit artinya membiasakan diri untuk membaca. Untuk apa punya kemampuan baca cepat tapi tidak memiliki kebiasaan membaca? Buat apa punya kemampuan baca dua halaman per detik tapi tidak punya waktu satu detik pun untuk membaca?

Kalau kita sudah punya dua hal di atas, silakan berlatih teknik membaca cepat.

Saya sendiri lebih menyukai slow reading. Membaca buku secara perlahan-lahan, menikmati kata demi kata. Kemudian tenggelam di dalamnya. Istilah lain untuk slow reading adalah deep reading, membaca mendalam. Metode ini memberikan lebih banyak kepuasan bagi saya daripada speed reading atau photoreading. Dengan teknik semacam ini saya masih bisa mengkhatamkan 1-2 buku setiap pekan. Nggak jelek-jelek amat kan?

#onedayonepage

Darmawan Aji Productivity Coach. Penulis 7 buku laris: Kitab Anti Penundaan, Self-Coaching, Mindful Life, Productivity Hack, Life by Design, Hypnoselling, dan Hypnowriting. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *