Darmawan Aji Productivity Coach. Penulis 7 buku laris: Kitab Anti Penundaan, Self-Coaching, Mindful Life, Productivity Hack, Life by Design, Hypnoselling, dan Hypnowriting. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

LPJ Pribadi Tahunan? Sebuah Refleksi Akhir Tahun

4 min read

Masih ingat resolusi yang Anda tetapkan di awal tahun ini? Apa saja perubahan yang berhasil Anda lakukan setahun ke belakang? Apa saja kebiasaan baru yang berhasil Anda wujudkan? Apa hasil-hasil baik yang Anda capai di tahun ini? Akhir tahun seperti yang sedang kita alami saat ini adalah momen yang tepat untuk menengok ke belakang: melakukan refleksi dan mengevaluasi pencapaian-pencapaian kita selama ini. Dengan demikian kita akan menyadari dan mensyukuri segala hal yang terjadi, kemudian bisa memulai komitmen baru untuk menjalani tahun yang baru nanti.

Bila di akhir tahun organisasi membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ), sepertinya menarik juga bila kita sebagai pribadi membuat LPJ Pribadi. Pertanggungjawaban atas waktu yang kita miliki setahun ke belakang.

Ada beberapa manfaat membuat LPJ Pribadi.

  1. Catatan untuk mengukur kemajuan kita selama ini. Apa kemajuan yang berhasil kita capai? Apa yang bisa kita syukuri?
  2. Alat evaluasi diri. Apa yang perlu diperbaiki dari pola hidup kita? Apa yang bisa kita tingkatkan?
  3. Sebagai bahan untuk merencanakan tahun depan. Tanpa menyadari posisi saat ini, sulit rasanya membuat rencana untuk tahun depan.

Nah, banyak manfaatnya membuat LPJ Pribadi Tahunan bukan? Maka, saya membayangkan, setidaknya LPJ Pribadi perlu mencantumkan hal-hal berikut ini:

Oke, jujur saja ini tidak mudah. Apa lagi bila kita tidak punya kebiasaan mencatat atau melakukan refleksi secara berkala (baik bulanan maupun tiga bulanan). Untuk memperjelas, saya akan berikan contoh dari LPJ pribadi saya. Mudah-mudahan contoh yang saya berikan bisa memperjelas konsep yang saya berikan. Syukur-syukur bisa menginspirasi teman-teman. Bila tidak, anggap saja ini sebagai bagian dari tahadduts bin ni’mah.

1. Peta Peran

Sebelum kita mulai, kita perlu awali dengan memetakan peran-peran yang kita miliki terlebih dahulu. Peran-peran apa saja yang saya anggap penting di tahun 2021? Saran saya, batasi 5-8 peran saja supaya kita tidak kewalahan dengannya. Misal, dalam peran yang saya anggap penting tahun ini adalah:

  1. Diri sendiri (spiritual, intelektual, emosional, dan fisikal).
  2. Ayah (peran terkait saya sebagai suami, anak, dan anggota keluarga besar saya satukan di sini).
  3. Valuepreneur (peran saya terkait profesi yang saya miliki yaitu: penulis, trainer, coach, dan content creator – karena saling berhubungan jadi saya satukan).
  4. Advisor (ini terkait area kontribusi saya di INLPS dan beberapa tempat lain).

Setelah kita memetakan, barulah kita lakukan refleksi atas setiap peran tersebut.

2. Pencapaian

Saya akan mulai dengan pencapaian yang berhasil terwujud selama tahun 2021. Pertanyaan pemicu yang bisa kita gunakan: Kemenangan dan pencapaian apa yang berhasil saya wujudkan di setiap peran yang saya miliki tersebut?

Saya akan fokuskan contohnya terkait peran saya sebagai seorang valuepreneur. Saya mencatat pencapaian sebagai berikut:

  • Menerbitkan ebook ke-2 yang diterbitkan melalui Google Play berjudul Life Plan: 7 Langkah Mewujudkan Kehidupan yang Bermakna.
  • Menerbitkan buku ke-7 yaitu Kitab Anti Penundaan.
  • Mendapatkan project inhouse training sebanyak 14x.
  • Diundang berkolaborasi untuk kelas pro bono dengan komunitas sebanyak 24x (webinar, live IG, dll).
  • Rutin berbagi di Instagram dan berhasil mencapai 10K follower.
  • Meluncurkan program pelatihan terbaru: Certified Performance & Learning Consultant dan Motivational Conversation.

Kebetulan saya memiliki bakat analytical, jadi saya pun mencatat penghasilan yang saya dapatkan selama setahun, kemudian mengelompokkan dan menganalisisnya. Hasilnya sebagai berikut:

Komposisi Penghasilan berdasarkan Sumbernya

Dari analisis, ditemukan sumber penghasilan terbesar saya masih dari training. Artinya, saya masih mengandalkan active income alias pertukaran waktu dengan uang. Meski demikian, passive income saya juga mulai bertumbuh (komposisinya lebih besar dari tahun lalu). Sekitar 30% penghasilan saya bersifat passive income. Penghasilan pasif saya berasal dari tiga sumber: profit bisnis, royalti sebagai penulis buku (fisik maupun ebook), dan lisensi dari ecourse yang saya buat. Bila melihat komposisi ini, sepertinya komposisi passive income ini masih sangat mungkin ditingkatkan di tahun depan.

3. Kebiasaan

Hidup kita dibangun oleh kebiasaan. Ada sebuah perkataan ulama yang bisa kita renungkan: “Barangsiapa hidup di atas kebiasaan tertentu, niscaya ia akan wafat di atas kebiasaan tersebut. Dan barangsiapa yang wafat di atas kebiasaan tertentu, niscaya ia akan dibangkitkan seperti itu pula.”

Maka pertanyaannya adalah: Apa saja kebiasaan baik yang berhasil Anda bentuk setahun ke belakang? Periksa peran-peran yang kita anggap penting, lalu cek kebiasaan apa yang berhasil kita bangun setahun ke belakang terkait peran-peran tersebut?

Saya akan berikan contoh terkait peran saya sebagai diri sendiri. Ada beberapa kebiasaan baik yang alhamdulillah berhasil saya wujudkan:

  • Memulai kebiasaan lari pagi (belakangan kebiasaan ini saya ganti dengan home workout di rumah; sedang eksperimentasi dengan bentuk olahraga lain).
  • Membangun kebiasaan intermittent fasting (makan berdasarkan jendela waktu).

4. Pengembangan Diri

Berikutnya adalah terkait upgrade kapasitas dan kapabilitas kita. Apa saja kemampuan dan keahlian baru yang berhasil kita kuasai di masing-masing peran? Saya akan contohkan terkait peran saya sebagai valuepreneur dan diri sendiri. Saya akan mulai dari diri sendiri:

  • Belajar bahasa Arab dan tafsir Qur’an secara lebih sistematis di LSUQ (Lembaga Studi Ulumul Qur’an).
  • Mengikuti ecourse 5AM dari Robin Sharma.

Sementara terkait peran saya sebagai valuepreneur:

  • Mengikuti ecourse IG Hack dari Content Academy, kelas online ini membantu saya untuk mengoptimasi Instagram yang saya miliki.
  • Mengikuti program pelatihan Deep Transformational Coaching dari Pak Peter Wrycza selama 9 bulan. Setelah menyelesaikan program belajar dan mengikuti ujian tertulis maupun praktik, alhamdulillah akhirnya berhasil lulus sebagai Certified Deep Transformational Coaching Practitioner. Selain mengupgrade kemampuan coaching, alasan saya mengikuti program ini adalah agar bisa melakukan sesi coaching dalam bahasa Inggris, hehehe…

5. Peningkatan Berkelanjutan

Terkait hal ini, ajukan pertanyaan reflektif sebagai berikut:

  • Selama ini waktu saya habis untuk apa saja? Di mana saja saya selama ini menghabiskan waktu? Melakukan apa saja di sana? Pikirkan tempat nyata maupun tempat maya tempat kita sering menghabiskan waktu.
  • Apa saja aktivitas yang saya anggap penting dalam hidup saya?
  • Apakah saya punya waktu untuk hal-hal yang kita anggap penting?
  • Apakah saya menikmati apa yang saya lakukan selama ini?
  • Apakah saya fokus pada kekuatan dan potensi yang saya punya?
  • Apakah penggunaan waktu saya sudah mencerminkan value dan purpose saya?

Setelah mencorat-coret dan merenungkan jawaban atas pertanyaan di atas, lanjutkan dengan lima pertanyaan untuk memperbaiki kualitas waktu kita di tahun depan:

  1. Apa saja aktivitas yang sudah saya lakukan tahun ini dan perlu saya tingkatkan (lakukan lebih banyak/lebih sering/lebih berkualitas) di tahun depan?
  2. Apa saja aktivitas yang saya lakukan tahun ini dan perlu saya kurangi di tahun depan?
  3. Apa saja aktivitas yang saya lakukan tahun ini dan perlu saya hentikan di tahun depan?
  4. Apa saja aktivitas yang belum saya lakukan tahun ini dan perlu saya mulai lakukan di tahun depan?
  5. Apa yang perlu saya lakukan secara berbeda agar saya dapat menjalani kehidupan tahun depan dengan lebih bahagia, produktif dan bermakna?

Oke, sebenarnya lima pertanyaan ini tidak hanya perlu Anda ajukan setahun sekali. Akan lebih baik bila kita melakukannya setiap kali kita melakukan refleksi berkala, entah pekanan, bulanan, atau triwulanan. Ingat saja: apa yang perlu saya tingkatkan, kurangi, hentikan, mulai, dan lakukan secara berbeda mulai sekarang?

Semoga bermanfaat.

PS. Bila teman-teman mendapatkan manfaat dari postingan ini, silakan tinggalkan komentar. Jangan lupa bagikan pula kepada orang-orang yang Anda sayangi.

PSS. Oya, kalau saya buatin template untuk LPJ pribadi ini apakah ada yang mau? Tulis di komentar yak, kalau banyak yang mau nanti saya buatkan dan saya tambahkan link download template di artikel berikutnya.

Darmawan Aji Productivity Coach. Penulis 7 buku laris: Kitab Anti Penundaan, Self-Coaching, Mindful Life, Productivity Hack, Life by Design, Hypnoselling, dan Hypnowriting. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

Pentingnya Mencatat Ide

Tidak ada penyesalan yang lebih besar daripada kehilangan ide bagus yang tidak dicatat. Coba ingat-ingat, berapa kali kita mendapat ide bagus, lalu karena tidak...
Darmawan Aji
1 min read

21 Replies to “LPJ Pribadi Tahunan? Sebuah Refleksi Akhir Tahun”

  1. Maturnuwun insight lpj nya coach aji, sangat bermanfaat lebih terstruktur managing plan dgn lpj.
    Oke banget ada template nya coach ..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *