“What keeps me going is goals.” Muhammad Ali
Melanjutkan bahasan Life Plan yang lalu terkait goal setting, saya berpendapat, ada dua macam tujuan.
- Outcome-oriented Goal (OG)
- Performance-oriented Goal (PG)
Apa bedanya? Mari kita simak.
Outcome-oriented Goal (OG)
Outcome-oriented Goal adalah tujuan yang berorientasi pada hasil akhir. Misalnya:
- Memiliki tabungan sebesar Rp.50.000.000,- per 1 Januari 2018
- Menurunkan lingkar pinggang dari 90 cm menjadi 80 cm per 1 April 2017
- Mencetak omset Rp.100.000.000,- per bulan mulai 1 Juli 2017
Agar efektif, menurut DR. Edwin Locke dan DR. Gary Latham – pionir dalam perumusan teori Goal Setting – Outcome-oriented Goal perlu memenuhi kriteria SMART.
- Specific: Jelas dan kongkret.
- Measurable: Terukur.
- Attainable: Memungkinkan, ada sumberdaya untuk mencapainya.
- Realistic: Realistis waktu pencapaiannya.
- Time Bound: Berbatas waktu.
Perhatikan tiga contoh OG, di atas, memenuhi kriteria SMART bukan?
Menetapkan goal semacam ini, jauh lebih bernilai daripada menuliskan tujuan yang abstrak. Tiga goal di atas jika dibuat abstrak, mungkin akan berbunyi sebagai berikut:
- Meningkatkan jumlah tabungan.
- Lebih langsing.
- Omset meningkat.
Tujuan yang abstrak seperti ini menyulitkan kita untuk mengukur kemajuannya. Kita tidak tahu, apakah kita mendekati apa yang kita inginkan atau tidak.
Performance-oriented Goal (PG)
Sekarang kita beralih ke tujuan tipe kedua: performance-oriented goal. PG adalah Tujuan yang berorientasi pada proses. Misalnya:
- Menabung 10% dari penghasilan setiap bulan.
- Nge-gym 30 menit di Red Gym Dago setiap hari selasa dan jum’at pk.17.00-17.30
- Mengirimkan info produk baru ke 100 alamat email setiap hari Senin
Perhatikan, apa bedanya PG dengan OG?
Yap, PG benar-benar fokus pada tujuan yang actionable, tujuan yang benar-benar ada di dalam kendali kita. Sementara OG tidak benar-benar ada di dalam kendali kita.
Maka, Performance Goal yang efektif perlu memenuhi kriteria SMAP sebagai berikut:
- Specific – spesifik; melakukan apa, kapan, dimana
- Measureable – terukur; berapa banyak/sering
- Actionable – bisa kita lakukan sekarang; ada di dalam kendali kita sepenuhnya
- Predictable – mendukung pencapaian OG
Loh, kok ada Outcome-oriented Goal di dalam kirteria Performance-oriented Goal? Ya, karena sebelum merancang PG kita perlu menentukan OG terlebih dahulu.
Merancang OG tanpa PG berpotensi menciptakan stress. Kenapa? Karena OG ada di luar kendali kita. Banyak orang yang trauma dengan goal setting karena mereka hanya menetapkan OG. Ketika OG yang mereka tetapkan berkali-kali tidak juga berhasil mereka capai. Akhirnya mereka putus asa, malas menetapkan tujuan lagi. Buat apa menetapkan tujuan jika kenyataannya tidak ada yang tercapai? Pikir mereka.
Jika ingin hidup Anda lebih bahagia, tetapkan OG lalu tentukan PG-nya. Bisa jadi, satu OG memerlukan 2-3 PG, tidak ada masalah. Lalu, fokuslah pada PG Anda, nikmati prosesnya. Secara berkala, ukur kemajuan Anda, seberapa dekat Anda dengan OG Anda. Saran saya, jangan terlalu sering, 1 atau 2 minggu sekali sudah cukup. Jika tidak, Anda akan stress melihat progress yang hanya sedikit dalam hidup Anda.
Pingback: Saat Semua Ambyar – DARMAWAN AJI