Pentingkah Mengenali Misi Hidup? Jawabannya sangat gamblang: penting. Mengapa? Ada empat alasan.
Pertama, mengenali tujuan keberadaan.
Mengenali tujuan dari keberadaan kita membuat kita lebih tenang dan optimis menjalani kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh Victor Frankl dalam buku Man’s Search for Meaning: “Those who have a ‘why’ to live, can bear with almost any ‘how’.” Tapi, sebagai muslim bukankah tujuan keberadaan kita sudah sangat jelas? Ialah untuk beribadah dan menjadi khalifah? Iya, benar. Ini adalah misi umum kita sebagai hamba. Namun, apa misi spesifiknya? Setiap orang memiliki misi spesifik yang hanya bisa ditunaikan oleh dirinya sendiri. Di sinilah, menemukan misi hidup yang lebih spesifik menjadi penting.
Kedua, benih kebahagiaan yang sejati.
Orang Yunani mengistilahkannya dengan eudamonia – kebahagiaan yang sejati. Bukan sekadar kesenangan ragawi atau duniawi yang sementara. Melainkan kebahagiaan yang sejati yang muncul saat kita berani mengambil tanggung jawab, fokus pada apa yang ada dalam kendali, dan hidup sejalan dengan kebajikan arete).
Ketiga, sumber motivasi yang tak lekang oleh waktu.
Seringkali kita bosan melakukan sesuatu, kadang kala muncul rasa malas, atau yang paling sering muncul: menunda-nunda. Ini semua adalah tanda level motivasi kita sedang turun. Lalu, apa yang kita lakukan? Kita ikut seminar motivasi, baca buku motivasi, kumpul dengan teman-teman yang memotivasi. Setelahnya, level motivasi kita naik. Ada yang bisa mempertahankan level motivasi ini dalam jangka panjang, namun tidak sedikit pula yang kemudian level motivasi turun kembali dalam waktu kurang dari sebulan. Beberapa lalu menerapkan metode reward & punishment. Tapi, saat kita “melanggar” kesepakatan dengan diri lalu menghukum diri, harga diri kita terluka. Reward & punishment tidak selalu bekerja baik sesuai yang kita harapkan. Lalu, apa sebenarnya yang memotivasi kita? Menurut Self-Determination Theory ada tiga: autonomy, mastery, dan purpose. Saat kita kenal dengan purpose kita, kita akan punya sumber motivasi yang bisa diandalkan.
Keempat, panduan saat kita mengalami kebingungan.
Seseorang yang belum mengenali misi hidupnya akan mudah terombang-ambing oleh situasi. Mudah tergoda oleh hal-hal yang nampak gemerlap dan menarik (shinny object syndrome). Pada akhirnya, ia seperti tidak punya fokus, mudah dialihkan oleh distraksi dari lingkungannya. Memiliki misi hidup mencegah kita dari hal ini. Saat menghadapi persimpangan hidup, misi hidup kita akan jadi patokan. Saat mengalami kebingungan, misi hidup kita akan jadi pegangan.
Pertanyaannya, bagaimana menemukan misi hidup atau purpose of life kita? Ada banyak buku yang membahas hal ini. Misalnya buku Finding Your Why-nya Simon Sinek, 7 Habits-nya Stephen Covey, juga buku Life by Design yang saya tulis dulu. Namun, bila teman-teman ingin difasilitasi untuk menemukan misi hidupnya secara langsung dan terstruktur saya menyarankan teman-teman untuk bergabung di kelas Mendesain Hidup esok hari.
Info lengkapnya bisa dibaca di sini: https://ruangtraining.com/kelas-mendesain-hidup/