Pada tahun 1996, Roy Baumeister, seorang psikolog, melakukan penelitian menarik. Dia mengumpulkan partisipan di sebuah ruangan yg dipenuhi aroma cookies coklat. Di depan partisipan, ia menyediakan dua mangkok. Mangkok pertama berisi kukis coklat, mangkok kedua berisi lobak. Sebagian partisipan diijinkan untuk memakan kukis yg menggoda selera tersebut. Sementara sebagian partisipan lainnya justru dilarang, dan hanya dibolehkan makan lobak.
Selesai sesi tersebut, Baumeister mengajak partisipan mengikuti percobaan lanjutan. Mereka diminta mengerjakan sebuah puzzle rumit. Tes puzzle ini biasa digunakan untuk mengukur ketekunan seseorang. Menarik hasilnya. Partisipan yg diijinkan memakan kukis bertahan 20 menit utk mencoba menyelesaikan puzzle tersebut. Sementara partisipan yg dilarang makan kukis hanya bertahan 8 menit.
Dari percobaan ini Baumeister Baumeister menyimpulkan bahwa willpower memiliki kapasitas yg terbatas. Willpower itu seperti otot, jika digunakan terus menerus dia akan lelah. Atau jika menggunakan analogi sy, willpower itu seperti baterai. Dayanya akan berkurang, setiap kali kita menggunakannya.
Kelelahan willpower ini mirip dg konsep “ego depletion” dalam psikologi. Pada tahun 2010 para peneliti menganalisis hasil dari 8 penelitian berbeda. Mereka menyimpulkan “ego depletion” memiliki dampak yg besar pada perilaku seseorang.
Penelitian Baumeister ini menguatkan penelitian lama psikolog Daryl Bem pada para siswa di tahun 1970. Daryl Bem mengasumsikan ada hubungan positif antara menyelesaikan tugas tepat waktu dengan menggunakan kaos kaki bersih.
Dia pun melakukan sampling pada siswa2 di Stanford, tempat dia mengajar, untuk membuktikan asumsinya. Hasilnya justru negatif. Siswa yg menyelesaikan tugas tepat waktu justru mengenakan kaos kaki yg kotor (bahkan, dalam situasi ekstrim, baju yg belum dicuci). Sambil bercanda dia menyimpulkan: “siswa dapat menyelesaikan tugas tepat waktu atau mengganti kaos kakinya setiap hari, namun mereka tidak dapat melakukan keduanya sekaligus” Semua kebiasaan baik siswa menguap saat mereka dihadapkan pada tugas atau ujian. Mungkin inilah alasan kenapa siswa yang rajin/pintar di sekolah cenderung kurang memperhatikan penampilannya. Mereka menggunakan willpowernya untuk belajar, bukan untuk berhias.
Kita menggunakan stok willpower yang sama untuk melakukan berbagai aktivitas yang berbeda (untuk mengerjakan tugas, menahan godaan dsb). Maka, saat Anda berusaha mengubah kebiasaan, ubahlah satu per satu. Berusaha mengubah banyak kebiasaan sekaligus akan menyita kapasitas willpower Anda dengan cepat.
“Jangan mengejar dua kelinci sekaligus, karena Anda tidak akan mendapat satupun.” ~ Pepatah Rusia