fbpx
Darmawan Aji Productivity Coach & NLP Enthusiast. Penulis 4 buku laris: Hypnowriting, Hypnoselling, Life by Design, Productivity Hack. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

Belajar Menghadapi Tekanan ala Navy SEAL

1 min read

Mungkin teman-teman pernah mendengar tentang Navy SEAL. Entah lewat berita, atau lewat film. Konon katanya, untuk menjadi seorang anggota Navy SEAL, Anda harus melewati pelatihan militer yang sangat berat. Tentu saja, hanya mereka yang kuat menghadapi tekanan yang akan lulus.

Tahap pertama dari pelatihan Navi SEAL dilakukan selama enam minggu. Termasuk di dalamnya ada satu minggu pelatihan yang dikenal dengan “Hell Week” atau “Pekan Neraka.” Dalam pekan ini mereka menghabiskan waktu untuk berlatih di dalam air yang dingin dan hanya dibolehkan tidur kurang dari 2 jam sehari. Tentu saja hanya kandidat terpilih yang masuk ke dalam program ini.

Sayangnya, meskipun pelatihan ini hanya diikuti oleh kandidat terpilih tetap saja 76% dari mereka drop out dari program ini. Tidak semua kandidat kuat secara mental mengikuti pelatihan ini. Saat mental melemah, fisik mereka ikut melemah.

navy-seal

Untuk mengatasi masalah ini, dipanggilah seorang psikolog bernama Eric Potterat. Dia ditugaskan untuk melatih “ketahanan mental” dari para kandidat Navy SEAL ini. Karena dari perhitungan, secara fisik seharusnya mereka kuat menghadapi tekanan dan tantangan selama pelatihan. Namun secara mental, tidak.

Eric Potterat kemudian mempelajari para kandidat yang lulus. Menemukan perbedaan yang membedakan antara mereka yang mundur dengan mereka yang bertahan. Hasilnya, dia menemukan empat kebiasaan yang membedakan di antara mereka. Eric kemudian mengajarkan empat kebiasaan ini kepada seluruh kandidat. Hasilnya luar biasa, kelulusan di program ini naik 50%!

Apa saja empat kebiasaan yang membedakan antara mereka yang mundur dan bertahan?

Pertama, Fokus pada saat ini.

Mereka fokus pada tugas yang ada di depan mata. Tidak memikirkan apa tugas berikutnya. Misi mereka adalah menyelesaikan tugas saat ini. Mereka tidak dipusingkan dengan tugas-tugas lainnya yang tidak sedang mereka jalankan saat ini.

Kedua, imajinasikan seperti apa rasa enaknya saat tugas terselesaikan.

Cacah sebuah tugas besar menjadi tugas-tugas yang lebih kecil. Setiap kali Anda menyelesaikannya, rasakan betapa enaknya. Perhatikan rasa ini. Gunakan rasa ini untuk membuat Anda bertahan menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.

Ketga, ketika segalanya gagal, bernafaslah yang dalam.

Ketika secara pikiran, mental atau fisik Anda kelelahan. Muncullah kondisi reaksi panik: “Ah, aku nggak bisa. Susah. Pasti jatuh…” dsb. Untuk menghadapi reaksi seperti ini, tariklah nafas yang dalam. Tahan beberapa saat. Kemudian hembuskan perlahan-lahan. Anda bisa gunakan hitungan 6-2-6. Tarik enam hitungan, tahan dua hitungan, hembuskan enam hitungan. Apa yang Anda lakukan ini akan menenangkan amygdala – bagian otak yang bertanggungjawab terhadap reaksi panik Anda. Saat Anda melakukannya, Anda akan mampu berpikir lebih jernih alih-alih bereaksi secara panik.

Keempat, semangati diri Anda sendiri.

Musuh utama dalam motivasi adalah self-talk yang tidak memberdayakan: “Ini susah. Ini melelahkan. Lebih baik aku menyerah…” Untuk menghadapi hal ini, para kandidat Navy SEAL diajarkan untuk melakukan self-talk yang memberdayakan “Kamu pasti bisa. Lupakan kesalahan tadi. Move on. Fokus pada sasaran berikutnya. Pasti akan lebih baik.”

Maka, kapan kiranya Anda dapat memanfaatkan empat kebiasaan di atas dalam hidup Anda?

Darmawan Aji Productivity Coach & NLP Enthusiast. Penulis 4 buku laris: Hypnowriting, Hypnoselling, Life by Design, Productivity Hack. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

One Reply to “Belajar Menghadapi Tekanan ala Navy SEAL”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *