fbpx
Darmawan Aji Productivity Coach & NLP Enthusiast. Penulis 4 buku laris: Hypnowriting, Hypnoselling, Life by Design, Productivity Hack. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

Pekerjaan, Karier, dan Panggilan Jiwa

1 min read

anonymous woman using laptop in bedroom

Kemarin saya diminta sharing kepada para mahasiswa oleh sebuah komunitas bernama HaloKarier. Ini adalah komunitas anak muda yang didirikan oleh kak Hanie (Stephanie Regina). Tentu saja, saya menyambut dengan senang hati. Bertemu dengan anak muda adalah salah satu cara agar tetap awet muda (setidaknya berjiwa muda). Ini kesempatan untuk mewariskan pemikiran yang saya punya – dan ini adalah salah satu kebahagiaan saya.

Di sesi tersebut saya bercerita tentang perbedaan antara pekerjaan (job), karier (career), dan panggilan jiwa (calling). Tentu saja, saya hanya mengutip penelitiannya Prof Amy Wrzesniewski terkait hubungan seseorang dengan pekerjaannya. Menurut beliau, ada tiga tipe hubungan seseorang dengan pekerjaannya:

Pertama, pekerjaan sebagai kewajiban dan sarana cari makan saja (job). Ini terjadi saat fokus seseorang hanya pada imbalan finansial supaya bisa menjalani kehidupannya di luar pekerjaan. Bila di satu titik orang tersebut sudah aman secara finansial, bisa jadi ia akan meninggalkan pekerjaan ini. Pekerjaan di level ini tidak terhubung dengan kesenangan maupun rasa pemenuhan yang membuat dirinya bermakna. Maka, yang dikejar seseorang di level ini (selain uang) hanyalah liburan dan akhir pekan. Kalimat favoritnya adalah TGIF ‘Thanks God, It’s Friday.’ Abah Rama sering bercanda, versi Sunda dari kalimat ini yaitu NGIJ ‘Nuhun Gusti, Ieu Jumu’ah.’

Kedua, pekerjaan sebagai sarana untuk peningkatan diri (career). Secara umum, mereka yang ada di sini menikmati pekerjaannya. Namun, mereka juga tidak mau berada di level ini selamanya. Mereka mungkin punya rencana untuk naik ke jenjang karier yang lebih tinggi. Mereka punya tujuan peningkatan karier. Maka, yang dikejar oleh mereka yang ada di level ini adalah promosi. Bagi mereka, promosi adalah penghargaan atas kerja baiknya, tanda kesuksesan baginya.

Ketiga, pekerjaaan sebagai panggilan jiwa (calling). Di tipe ini, seseorang merasa bahwa pekerjaan adalah bagian dari dirinya. Baginya, pekerjaan adalah bagian dari kesenangan, kepuasan, dan pemenuhan yang bermakna. Tak heran, bila mereka mengerjakan pekerjaannya kapan pun – bahkan di rumah atau pada saat liburan – bukan karena keterpaksaan melainkan karena memang ia merasa lebih bermakna saat mengerjakannya.

Nah, pertanyaannya, tipe yang mana kah pekerjaan kita saat ini? Sekadar pekerjaan untuk cari makan, karier yang berpotensi ditingkatkan, atau panggilan jiwa kita?

Darmawan Aji Productivity Coach & NLP Enthusiast. Penulis 4 buku laris: Hypnowriting, Hypnoselling, Life by Design, Productivity Hack. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

One Reply to “Pekerjaan, Karier, dan Panggilan Jiwa”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *