Design Thinking tidak dapat dimulai tanpa pemahaman yang mendalam terhadap orang yang akan menggunakan desain kita. Untuk mendapatkan pemahaman ini, penting bagi seorang desainer melihat dari sudut pandang calon pengguna. Dengan demikian, kita dapat memahami kebutuhan, keinginan, pikiran, perasaan, dan motivasi mereka. Proses untuk memahami kebutuhan calon pengguna inilah yang dikenal dengan nama proses empathize (berempati).
Proses empathize diawali dengan beginner’s mindset, artinya kita perlu mengosongkan diri seakan-akan tidak tahu apa-apa tentang diri mereka. Pola pikir ini akan membersihkan asumsi-asumsi awal yang akan ‘mengotori’ penilaian kita. Dengan demikian kita dapat melihat kebutuhan calon pengguna secara jernih. Proses berempati itu seperti kita melihat orang lain melalui jendela, bukan melalui melihat mereka melalui cermin. Karena saat melihat orang lain melalui cermin, yang kita lihat adalah diri kita sendiri. Berempati tanpa beginner’s mindset hanya menghasilkan pemahaman terhadap orang lain menurut asumsi-asumsi kita.
Ada beberapa cara yang dapat kita gunakan untuk melakukan proses ini.
Pertama, tanyakan apa, bagaimana, mengapa.
Pertanyan ini dilakukan sambil mengobservasi calon pengguna. Dengan mengajukan ketiga pertanyaan ini, kita akan mampu bergerak dari observasi ke motivasi yang menggerakkannya dengan asumsi yang minimal. Saat observasi, sebaiknya kita membedakan catatan antara “apa” yang sedang dilakukan oleh calon pengguna, dengan “bagaimana” mereka melakukannya, dan alasan “mengapa” mereka melakukannya. Pada tahap “apa” kita mencatat detail tentang apa yang terjadi. Di tahap “bagaimana” kita menganalisa bagaimana mereka melakukannya (apakah mereka mengerjakannya dengan mudah? Atau dengan penuh kesulitan? Bagaimana dengan ekspresi mukanya?). Terakhir, tahap “mengapa” kita mencoba menerka alasan di balik perilaku mereka. Mencoba mengungkap motivasi dan emosi di balik perilaku mereka. Hasil dari proses ini tentu saja boleh dikroscek ke pihak calon pengguna sehingga lebih valid.
Kedua, lakukan interview.
Melakukan interview ke calon pengguna satu per satu dapat kita lakukan untuk mendapatkan pemahaman tentang mereka secara nyata. Berbicara dengan mereka secara langsung mungkin adalah cara terbaik untuk memahami kebutuhan, harapan, keinginan dan tujuan mereka. Tentu saja, pertanyaan-pertanyaannya perlu disiapkan sebaik mungkin sehingga lebih terstruktur. Maka, sebelum interview dilakukan sebaiknya tim melakukan brainstorming terlebih dulu untuk menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan ke calon pengguna.
Ketiga, gunakan Empathy Map
Emphaty Map (Peta Empati) adalah alat yang bisa digunakan oleh tim untuk mengolah berbagai data yang sudah kita dapatkan dari dua proses di atas. Peta empati merepresentasikan sekelompok pengguna atau segmen pasar tertentu. Diciptakan oleh Dave Gray, alat ini kini menjadi populer di kalangan start up. Di artikel besok, kita akan bahas bagaimana penggunaan Empathy Map secara lebih detail. Stay tune yak.