fbpx
Darmawan Aji Productivity Coach. Penulis 7 buku laris: Kitab Anti Penundaan, Self-Coaching, Mindful Life, Productivity Hack, Life by Design, Hypnoselling, dan Hypnowriting. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

Empat Tahap Design Thinking

1 min read

Desainer dari berbagai disiplin menggunakan pendekatan yang berbeda saat mendesain. Namun ada kemiripan di antara mereka dalam melakukan prosesnya. The British Design Council memetakannya dalam sebuah model yang disebut dengan Double Diamond.

Dalam model ini, proses mendesain dibagi dalam empat fase.

  1. Discover – fase penemuan.
  2. Define – fase penetapan.
  3. Develop – fase pengembangan.
  4. Deliver – fase pengantaran.

Empat fase ini adalah kerangka berpikir untuk memecahkan masalah dan merancang apapun. Mulai dari merancang strategi bisnis, membuat model bisnis, menciptakan produk sampai merencanakan hidup 😀

Proses kreatif dimulai dengan menghasilkan sebanyak mungkin ide-ide dan opsi-opsi terlebih dulu (berpikir divergen) baru kemudian menetapkan opsi terbaik (berpikir konvergen). Dalam model Double Diamond kita dapat lihat proses ini terjadi dua kali. Pertama untuk mendefinisikan masalah dan kedua untuk menemukan solusi.

Tahap 1 — Doing the right thing (Diamond 1 — Discover & Define)

Temukan masalah yang tepat untuk diselesaikan. Ajukan pertanyaan yang tepat untuk diajukan sebelum mencari jawaban. Ini tentang apa yang akan Anda lakukan.

Tahap 2 — Doing things right (Diamond 2 — Develop & Deliver)

Setelah kita menemukan pertanyaan yang tepat untuk dijawab dan masalah yang tepat untuk dipecahkan, barulah kita memastikan kita menjawab dan memecahkannya dengan cara yang tepat. Ini tentang bagaimana Anda akan melakukannya.

Mari kita bahas lebih detail keempat fase di atas.

Discover

Proses penemuan dimulai dengan sebuah pemicu. Entah berupa ide, masalah, tantangan, atau perubahan-perubahan yang terjadi secara makro maupun mikro. Sebelum merespon pemicu tersebut, kita perlu memahaminya terlebih dulu. Sehingga kita tidak buru-buru membuat rencana untuk meresponnya. Karena bisa jadi, pemicu tersebut hanyalah penampakan dari sebuah gunung es. Peluang akan muncul bila kita melihat pemicu tersebut dari sudut pandang baru. Proses penemuan ini dilakukan dengan cara observasi dan riset. Entah riset pasar, riset pengguna (user research), atau FGD. Target di sini adalah mendapatkan insight. Stanford D.School mengistilahkan proses ini dengan Emphatize – kita masuk ke dunia calon pengguna produk kita sehingga kita bisa melihat, mendengar dan merasa dari sudut pandang mereka.

Define

Menetapkan masalah mana yang akan diselesaikan. Mana yang terpenting? Mana yang layak dikerjakan? Tujuannya adalah menemukan masalah yang benar-benar penting untuk diselesaikan. Proses ini dilakukan dengan mengumpulkan semua hasil riset di tahap sebelumnya, mengolah, mengelompokkan dan menganalisisnya. Di fase ini biasanya kita menggunakan pertanyaan HMW (How Might We. Terjemahannya panjang: “kira-kira bagaimana cara yang paling mungkin kita lakukan untuk”) untuk mendefinisikan masalah yang ingin kita pecahkan. Hasil akhir dari tahap ini adalah final brief terkait masalah yang akan dipecahkan.

Develop

Proses mengembangkan solusi yang mungkin. Proses ini dimulai dengan ideation – pengumpulan ide-ide secara kreatif. Prosesnya dapat dilakukan melalui sesi brainstorming. Tahap ini dilanjutkan dengan tahap evaluasi. Evaluasi dapat menggunakan voting atau menggunakan matrik impact/feasibility (membandingkan antara dampak dengan kemungkinan untuk dijalankan).

Deliver

Proses akhir saat sebuah produk difinalisasi, diproduksi dan diluncurkan ke pasar. Di tahap inilah prototipe produk (mockup, storyboard) dibuat, diuji dan proses iterasi dilakukan. Target dari tahap ini bukanlah menghasilkan produk yang ideal dalam memecahkan masalah. Namun cukup sampai produk yang memenuhi kriteria MVP (Minimum Viable Product) – produk dengan fungsi minimal yang dapat memecahkan masalah awal.

Proses desain terkesan kompleks dan misterius. Sehingga kita sulit memetakan prosesnya. Desainer ahli mengatakannya sebagai ‘feeling’, ‘sense desain’, ‘jam terbang’, ‘bakat’ dan sebagainya. Model ini menyederhakan dan mengurangi kemisteriusannya.

 

Referensi:

The British Design Council. A Study of The Design Process. Tanpa tahun.

The British Design Council. Eleven lessons: managing design in eleven global
companies. 2007.

https://www.designcouncil.org.uk/news-opinion/design-process-what-double-diamond

https://medium.com/digital-experience-design/how-to-apply-a-design-thinking-hcd-ux-or-any-creative-process-from-scratch-b8786efbf812

Darmawan Aji Productivity Coach. Penulis 7 buku laris: Kitab Anti Penundaan, Self-Coaching, Mindful Life, Productivity Hack, Life by Design, Hypnoselling, dan Hypnowriting. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

Rapid Prototyping: Mengubah Ide Abstrak Menjadi Nyata

Salah satu kaidah penting dalam Design Thinking adalah “Fail fast to succeed sooner” atau “Gagal cepat agar sukses lebih cepat.” Maksudnya apa? Saat merancang...
Darmawan Aji
1 min read

One Reply to “Empat Tahap Design Thinking”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *