Coaching dan Inner Game

Pada tahun 1979 John Whitmore dan Graham Alexander membawa konsep inner game ke Eropa (bagi yang belum kenal dengan konsep inner game, silakan kunjungi artikel saya di sini). Tentu saja atas persetujuan kreator inner game, Tim Gallwey.

Awalnya mereka mengaplikasikan konsep inner game di area olahraga. Mereka menggunakan konsep ini untuk meng-coaching para atlit. Lalu mereka segera menyadari bahwa konsep inner game dapat berguna bila diterapkan di area pekerjaan dan bisnis juga.

Lalu pada 1980an mereka mulai membangun metodologi, konsep dan teknik untuk meningkatkan performance di organisasi. Mereka ingin menunjukkan bahwa manusia dapat tumbuh bukan hanya performance-nya namun juga pembelajaran, dan sekaligus kebahagiaannya saat mereka menemukan makna dari pekerjaannya. Di sinilah awal coaching dikenal di area pekerjaan dan bisnis.

coaching-dan-inner-game

Pada 1986, perusahaan konsultan terkenal McKinsey menjadi klien mereka. McKinsey puas dengan pekerjaan mereka dan tertarik mengetahui kerangka coaching yang mereka gunakan. Pada saat itu, Whitmore dan Alexander belum memiliki kerangka yang jelas saat melakukan coaching. Namun mereka mampu melakukannya dengan sangat baik.

Coaching yang mereka lakukan sukses meningkatkan performance dan meaning orang-orang di organisasi, tapi tidak bisa menjelaskan apa yang mereka lakukan. Untuk itu mereka merekam sesi coachingnya dengan video dan mengundang praktisi NLP (sayangnya tidak disebutkan siapa praktisi NLP yang dimaksud) untuk memodel apa yang mereka lakukan. Mereka ingin membedah model yang mereka praktikkan.

Sampai akhirnya mereka menemukan bahwa setiap sesi coaching pasti terkait empat tahapan:

  • Goal (tujuan; kondisi yang diinginkan)
  • Realities (kondisi saat ini)
  • Options (sumberdaya; pilihan-pilihan untuk mewujudkan tujuan)
  • Will (langkah pertama; komitmen tindakan)

Teman-teman dapat menyimak ilustrasinya di video berikut:

Para konsultan McKinsey mengatakan GROW pasti akan segera populer karena kesederhanaannya! Prediksi itu pun benar. Sampai kemudian John Whitmore mempublikasikan GROW dalam bukunya Coaching for Performance pada 1992.

Buku ini menjadi “kitab sucinya” para manajer dan coach. Diterbitkan di 30 negara dan diterjemahkan dalam 23 bahasa. Insya Allah di artikel berikutnya kita akan lanjutkan bahasan dari buku ini supaya kita sama-sama dapat mengambil pembelajaran terbaik darinya. Sampai jumpa di artikel berikutnya!

Oya, untuk teman-teman yang ingin belajar lebih lanjut tentang inner game, silahkan mendaftar kelas “Self-Coaching” di tautan di bawah ini. Atau jika teman-teman lebih suka belajar mandiri melalui buku, silahkan temukan bahasan lengkapnya di buku “Self-Coaching, Seni Mengelola Diri untuk Memaksimalkan Potensi.”

Bingung produk mana yang tepat untuk teman-teman? Silahkan hubungi tim saya untuk konsultasi dan mendapatkan penjelasan lengkap tentang Self-Coaching pada tautan berikut:

Artikel ini telah diperbaharui pada tanggal 5 September 2022

Join Newsletter

Dapatkan catatan hidup, pelajaran berharga, dan ide-ide sederhana yang bisa kamu bawa pulang setiap Sabtu pagi. Gratis.

Inner Circle Subscription

Leave a Reply

Scroll to Top