fbpx
Darmawan Aji Productivity Coach. Penulis 7 buku laris: Kitab Anti Penundaan, Self-Coaching, Mindful Life, Productivity Hack, Life by Design, Hypnoselling, dan Hypnowriting. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

Belajar Bikin Podcast dari Nol

4 min read

Jika ada seseorang yang bisa produksi Podcast 300 episode dalam waktu dua tahun selama pandemi, keren nggak tuh? Menurut saya, itu keren. Karena menghasilkan Podcast 300 episode dalam dua tahun itu butuh konsistensi dan disiplin. Beruntung, saya kenal orangnya. 

Kenalkan, namanya Umar Al Faruqi, dia adik kelas jauh saya di ITB. Umar ini punya Podcast yang diberi judul “Cerita Pembelajar.” Beberapa waktu yang lalu saya beruntung bisa ngajak beliau ngobrol untuk belajar bagaimana cara dia bisa konsisten dalam membuat konten Podcast ini. Rekaman obrolan saya dengan beliau dapat disimak di channel Youtube saya yak. Berikut linknya: https://youtu.be/O2D2zNWm6ko 

Umar memulai Podcast Cerita Pembelajar per April 2020 saat pandemi datang ke Indonesia. Namun, ini bukan Podcast pertamanya. Sebelumnya, tahun 2019 ia sempat membuat Podcast berjudul Ampliora yang formatnya interview. Namun channel Podcast perdananya ini hanya bertahan 18 episode. Podcast Ampliora berhenti karena pandemi. 

Apa itu Podcast?

Oya, bagi teman-teman yang belum familiar dengan Podcast, Podcast itu semacam radio on-demand. Bagi generasi yang lahir tahun 80 atau 90an pasti familiar dengan radio kan? Nah, Podcast ini semacam radio, hanya saja sifatnya on demand. Artinya, kita bisa pilih siaran yang ingin kita dengar kapan pun waktunya. Berbeda dengan radio pada masa lalu, dimana kita hanya bisa mengikuti apa yang disiarkan oleh mereka hanya pada waktu-waktu tertentu.

Podcast sendiri merupakan kombinasi dua kata iPod dan Broadcast. Sejarahnya, pada tahun 2004 Adam Curry membuat program untuk iPod yang diberi nama iPodder. Melalui program ini audiens dapat mengunduh broadcast radio ke dalam ipodnya. Namun, istilah Podcast dikenalkan oleh Ben Hammersly. Ia mengenalkannya dalam sebuah artikel di The Guardian pada tahun 2004 juga. 

Dimana Mendengarkan Podcast?

Jika dulu Podcast hanya bisa didengarkan melalui iTunes, saat ini Podcast dapat didengarkan melalui banyak tempat. Tentu saja yang populer dua: Spotify dan Apple Podcast. Bahkan, kini banyak Podcast yang disiarkan lewat Youtube juga. 

Bagaimana Cara Membuat Podcast?

Balik lagi ke obrolan saya dengan Umar, Umar merekomendasikan empat langkah untuk memulai sebuah Podcast.

  1. Penentuan topik & audiens
  2. Perencanaan konten
  3. Produksi konten
  4. Publikasi konten

Mari kita bahas lebih detail satu per satu

Penentuan Topik & Audiens

Banyak orang ketika memulai Podcast sibuk memikirkan namanya terlebih dulu, ini kurang tepat. Yang perlu dipikirkan di awal adalah:

  • Apa topiknya?
  • Siapa audiensnya?

Memahami siapa audiens kita penting, karena ini menentukan gaya Podcast kita: apakah formal atau informal, apakah pakai sebutan aku kamu, saya Anda, atau gue lu. Namun, tidak perlu overthinking di sini. Ujicoba saja dulu, nanti sambil jalan baru kita pertajam sedikit demi sedikit.

Saran Umar ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Fellexandro Ruby, host Podcast populer: Thirty Days of Lunch. Menurut dia, topik bisa sama, namun audiens yang berbeda akan menghasilkan tone yang berbeda pula.

Misalnya, topiknya finance, kategorinya:

  • Perencanaan keuangan
  • Pentingnya nabung
  • Investasi 

Bahasan finance ini akan menjadi berbeda bila audiensnya berbeda. Misalnya, kalau audiensnya anak muda umur 20-30 tahun, apa yang penting bagi mereka? Jika kita buat Podcast dengan judul “Bagaimana menyiapkan masa pensiun sejahtera,” tentu ini tidak menarik bagi mereka. Mungkin lebih menarik bila kita buat Podcast dengan judul “Bagaimana jalan-jalan ke Jepang setiap tahun tanpa menguras uang tabungan.”

Jadi, beda audiens, beda sudut padang, beda bahasan, meskipun topik kontennya sama.

Perencanaan Konten

Setelah menentukan topik, kini saatnya kita melakukan perencanaan konten. Umar merekomendasikan kita melakukan hal-hal berikut ini:

  1. Braintorming dengan menuliskan minimal 10 ide konten yang mungkin akan kita bahas. Konten yang tentu saja sesuai dengan topik yang sudah kita putuskan.
  2. Dari 10 ide konten tersebut, pilih 3 ide konten yang paling mudah dan menarik bagi Anda.
  3. Break down masing-masing kontennya, buat bullet point terkait bahasannya.

Saya sendiri, belajar dari mas Fikry Fathullah menggunakan aplikasi dynalist.io untuk membreakdown konten. Ini sangat membantu.

Lalu, kira-kira sruktur kontennya seperti apa? Umar menyarankan, di awal tidak perlu terlalu memikirkan strukturnya. Langsung break down saja ke dalam 3-4 poin bahasan. 

Bila teman-teman membutuhkan struktur, bisa gunakan struktur sederhana yang saya pelajari dari The Podcast Planner berikut ini:

  1. Pembukaan (intro)
  2. Isi (main content)
    1. Bagian 1
    2. Bagian 2
    3. Bagian 3
  3. Penutupan (outro)

Sederhana sekali. Pembukaan, isi, penutupan – sama seperti sesi bicara lainnya. Lalu bagian isi dibagi tiga: isi bagian pertama, kedua, dan ketiga.

Sebagai contoh, di Podcast saya yang berjudul “Kenapa Kita Menunda,” strukturnya sebagai berikut:

  1. Pembukaan: kenapa bahas tentang penundaan
  2. Isi
    1. Apa itu penundaan?
    2. Kenapa kita menunda?
    3. Apa solusinya?
  3. Penutupan: informasi episode berikutnya

Sesederhana ini. 

Kenapa dibuat sederhana? Tujuannya supaya kita nggak kewalahan dengan apa yang akan kita sampaikan. Jadi, cukup pikirkan sebuah ide tunggal lalu, pecah ide tersebut ke dalam tiga bagian.

Produksi Konten

Setelah kita membuat break down materinya, kini saatnya kita produksi. Proses produksi hanya terdiri dari dua langkah: rekam dan edit. Bagi pemula, disarankan untuk melakukan proses editing langsung setelah rekaman.

Rekamannya menggunakan apa? Cukup gunakan handphone atau laptop. Selama lingkungan sekitar hening, hasilnya akan bagus. Bagaimana jika lingkungan kita berisik? Cari waktu ketika lingkungan lebih hening, misalnya tengah malam atau dini hari. 

Durasi yang disarankan untuk pemula adalah 10+-3 menit (7-13 menit). Dengan asumsi, model Podcastnya adalah monolog (dan memang ini model yang disarankan untuk para pemula). Meski hanya 10 menit, kita tetap perlu mengalokasikan waktu 1 jam untuk merekam dan mengeditnya.

Aplikasi apa yang disarankan untuk merekam audio? Umar menyarankan Audacity, aplikasi gratis ini sangat user-friendly bagi pemula. Kita pun dapat langsung mengeditnya di sini setelah rekaman.

Proses editing pun tidak perlu dipikirkan terlalu kompleks. Cukup kurangi noise, cut bagian-bagian yang salah ucap, lalu sesuaikan volume. Sederhana. Tutorialnya pun banyak bertebaran di Youtube.

Hasil editing kita simpan lalu ekspor ke dalam bentuk MP3.

Publikasi Konten

Setelah produksi selesai, kini saatnya publikasi. Ini pun mudah. Cukup buat akun di Anchor.fm lalu upload dan publish episode perdana kita di sana. Anchor sekarang dimiliki oleh Spotify, jadi ketika kita upload dan publish di sana, otomatis Podcast kita akan muncul di Spotify.

Bila Anda mau, Anda pun dapat mendistribusikan Podcast kita ke Google Podcast dan Apple Podcast. Caranya mudah, cukup copy link RSS dari Anchor, lalu paste saat kita membuat akun di Google Podcast dan Apple Podcast.

Jangan lupa, setelah dipublikasikan, komunikasikan ke teman-teman Anda. Bisa melalui media sosial atau kirimkan melalui japri. Minta tanggapan dan umpan balik dari mereka. Tanggapan mereka adalah masukan berharga untuk pengembangan Podcast Anda ke depannya.

Selanjutnya Apa?

Ternyata sederhana sekali proses pembuatan Podcast bukan? Setelah ngobrol dengan bang Umar, saya pun berkomitmen untuk memulai kembali Podcast saya. Saya langsung pasang target: 100 episode di akhir tahun 2023. Alhamdulillah, episode perdana sudah tayang. Silakan berkunjung ke salah satu link berikut untuk menyimak Podcast saya yak:

Bagi teman-teman yang ingin terhubung langsung dengan Umar, silakan follow IG beliau di @pembelajarproduktif (akunnya ini followersnya 140K loh!). 

Darmawan Aji Productivity Coach. Penulis 7 buku laris: Kitab Anti Penundaan, Self-Coaching, Mindful Life, Productivity Hack, Life by Design, Hypnoselling, dan Hypnowriting. Gandrung membaca, menulis dan berlatih silat tradisional. Tinggal di kaki Gunung Manglayang kota Bandung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *