Setelah Libur Panjang, Mengapa Kita Sulit Kembali Produktif?

Tiga hari pertama kembali bekerja setelah libur Lebaran, saya membuka laptop… lalu bengong. 

Bukan karena tidak tahu harus mulai dari mana — to-do list saya cukup padat. Tapi otak rasanya belum “nyala.” Scroll WhatsApp. Buka email. Lihat kalender. Tutup lagi.

Saya menyadari, ini bukan soal malas. Ini soal inersia. Setelah jeda panjang, tubuh dan pikiran kita masuk ke mode lambat. Ritme berubah. Pola tidur berubah. Bahkan hormon pun ikut menyesuaikan. Dan seperti mobil yang diparkir terlalu lama, menyalakan mesin saja tidak cukup. Kita perlu waktu untuk memanaskan.

The Innertia Effect

Saya menyebutnya: The Inertia Effect — efek keterlambatan gerak akibat transisi dari keadaan diam ke keadaan aktif.

Inersia bukan hanya terjadi pada benda fisik, tapi juga pada tubuh dan pikiran manusia. Ini sesuai dengan hukum Newton pertama: benda yang diam akan cenderung tetap diam, dan benda yang bergerak akan terus bergerak — kecuali ada gaya dari luar yang mengubahnya.

Artinya, begitu kita berhenti cukup lama, tubuh kita akan menyesuaikan diri dengan “diam.” Maka saat ingin bergerak kembali, kita butuh gaya pendorong. Tapi bukan gaya mendadak atau memaksa, melainkan dorongan bertahap yang membangun momentum secara alami.

Saya pernah mencoba melawan inersia dengan paksaan. Hari pertama kerja saya targetkan menuntaskan serangkaian to-do list, saya sengaja membuat jadwal yang padat. Hasilnya? Burnout kecil-kecilan. Hari kedua justru ngedrop total. Rasanya seperti habis ngebut 120 km/jam dari posisi diam tanpa pemanasan.

Banyak klien saya — para entrepreneur, pemimpin tim, hingga profesional di berbagai industri — mengalami hal serupa. Mereka merasa bersalah karena belum bisa “ngebut” seperti sebelum liburan. Mereka berpikir, “Kok aku belum produktif juga, ya?” atau, “Harusnya aku bisa lebih semangat dari ini…”

Padahal, yang mereka alami bukan kemunduran. Tapi proses alami dari transisi ritme. 

Gagal memahami ini bisa berdampak besar: rasa frustrasi, ekspektasi yang tidak realistis, konflik dalam tim, dan hilangnya energi untuk hal-hal yang lebih penting.

Inersia bukan untuk dilawan dengan gas pol, tapi dijinakkan dengan ritme yang tepat.

Mulai pelan, bangun momentum, baru kemudian akselerasi.

Re-Onboarding

​Mungkin kita perlu cara baru untuk menghadapi fase pasca-liburan. Bukan sekadar “balik kerja”, tapi re-onboarding diri sendiri ke dunia produktif. Kita butuh semacam ritual pemanasan. Seperti atlet yang sebelum bertanding, selalu stretching dulu — bukan karena lemah, tapi justru supaya tidak cedera.

Berikut tiga langkah ringan yang bisa kita jadikan ritual re-onboarding:

  1. Start with structure
    Jangan langsung loncat ke daftar tugas. Mulailah dari menata kembali struktur hari. Jam bangun, waktu makan, jadwal tidur, dan waktu istirahat. Saat struktur kembali stabil, fokus pun lebih mudah hadir.
  2. Low-stakes wins
    Mulai dengan kemenangan kecil.
    Selesaikan satu email penting. Rapikan workspace. Lakukan satu tugas tanpa perfeksionisme.
    Momentum lebih mudah dibangun lewat keberhasilan kecil daripada ambisi besar.
  3. Momentum before intensity
    Fokuslah membangun irama kerja dulu, sebelum mengejar performa tinggi.
    Setelah ritme terbentuk, intensitas akan mengikuti dengan sendirinya.

Jika tiga hal ini terdengar terlalu sederhana, mungkin memang itu kuncinya. Produktivitas bukan selalu soal menambah beban, tapi mengatur ulang cara kita bergerak. Kita sering terjebak dalam ekspektasi tinggi bahwa setelah liburan, kita harus langsung kembali ke versi terbaik kita. Padahal, versi terbaik itu dibentuk lewat proses. Dan proses itu dimulai dari langkah kecil yang konsisten.

Saya percaya: kita tidak sedang malas — kita sedang adaptasi. Dan adaptasi itu sehat. Ia bagian dari keberlanjutan.

Maka, jika hari ini Anda merasa “belum maksimal”, izinkan diri Anda bernapas dulu. Lalu mulai kembali — pelan tapi sadar.

🔖 Tantangan Minggu Ini

Daripada memaksa diri menyelesaikan semua, pilih satu hal yang bisa jadi pemicu momentum, bukan beban terbesar.
Lakukan itu dulu.

Esok mungkin belum ideal. Tapi sedikit lebih baik dari hari ini sudah cukup untuk melawan inersia.

Join Newsletter

Dapatkan catatan hidup, pelajaran berharga, dan ide-ide sederhana yang bisa kamu bawa pulang setiap Sabtu pagi. Gratis.

Inner Circle Subscription

Leave a Reply

Scroll to Top