Apa yang muncul di pikiranmu saat mendengar kata “goal”? Sebagian orang mungkin merasa tertantang dan bersemangat, namun sebagian lagi justru merasa muak.
Mari kita lihat dari sisi mereka yang merasa muak. Apa yang membuat seseorang muak dengan kata “goal” ini?
Beberapa hal ini bisa menjadi penyebabnya:
- Mungkin mereka terlalu sering gagal mencapai goalnya sehingga akhirnya frustrasi: “Buat apa bikin goal? Cuma jadi beban pikiran aja.”
- Terlalu sering membuat goal yang spesifik dan terukur sampai goal tidak lagi terasa bermakna. Efeknya, merasa kering setiap bikin goal baru.
- Merasa bahwa goal hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial, bukan kebutuhan yang muncul dari dalam diri.
Pertanyaannya, apakah kamu pun merasa seperti ini? Wajar. Saya pun pernah demikian. Saya pernah berada di satu titik ketika saya muak dengan goal dan semua padanan katanya: objective, target, dsb. Sampai kemudian satu waktu muncul inspirasi di kepala saya: “goal setting is growth setting.”
Ya, goal setting (penetapan tujuan) adalah growth setting (sarana untuk menetapkan pertumbuhan). Kita menetapkan tujuan bukan semata-mata demi hasilnya saja. Kita menetapkan tujuan sejatinya untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Artinya, tidak mengapa goal kita pada akhirnya tidak tercapai asalkan selama prosesnya diri kita bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Lebih menyenangkan lagi, jika keduanya terwujud: pertumbuhan terjadi dan hasil yang diharapkan pun tercapai.
Menariknya, saat diri kita bertumbuh, kapasitas kita untuk mencapai goal pun semakin besar. Ini sangat menarik.
Dan, Aha! Inspirasi ini membuat saya merasa lebih ringan pada saat memikirkan goal. Bahkan saya kembali bersemangat untuk menetapkan goal. Hasilnya: pertumbuhan diri benar-benar terjadi, banyak goal juga yang akhirnya tercapai.
Nah, pertanyaannya sekarang: bagaimana kita bisa merancang goal agar mendorong pertumbuhan seperti ini? Metode apa yang bisa memfasilitasi saya untuk bertumbuh melalui goal setting?
Perkenalkan: OKR—Objective & Key-Results. Dari berbagai metode goal setting yang ada (SMART, BHAG, OGSM, dsb), saya menemukan OKR-lah yang selaras dengan pola pikir growth setting. Apa alasannya? Mari kita bahas
Pentingnya Dua Jenis Goal: Stretch & Specific Goal.
Menurut Charles Duhigg dalam buku Smarter Faster Better, kita memerlukan dua jenis goal dalam hidup (bukan hanya untuk pribadi, ini juga berlaku dalam bisnis).
Pertama, stretch goal—sebuah tujuan yang merentangkan diri kita, membuat kita keluar dari zona nyaman dan mencapai lompatan signifikan. Goal jenis ini yang bisa menghidupkan imajinasi dan motivasi kita.
Kedua, specific goal—tujuan antara yang menjadi batu loncatan untuk menuju stretch goal kita. Goal jenis ini yang membuat kita merasa bahwa impian yang kita punya itu realistis untuk dicapai.
Stretch goal adalah impian besar yang menginspirasi, specific goal adalah kendaraannya. Keduanya menggabungkan ambisi dan realitas—itulah yang membuat goal terasa hidup, punya ruh.
Menariknya, inilah filosofi di balik OKR. Goal dalam OKR terdiri dari dua elemen:
Pertama, Objective—ini adalah stretch goal-nya.
Kedua, Key Results—ini adalah specific goal-nya.
Objective menjawab pertanyaan: “Hal besar apa yang ingin saya capai?” sementara Key Results menjawab dua pertanyaan pertanyaan:
- “Dari mana saya tahu bahwa saya sudah sampai di sana?”
- “Dari mana saya tahu bahwa saya menuju ke sana?”
Misalnya, kita punya objective: “Menjadi trainer produktivitas ternama di Indonesia.” Cek: seberapa bersemangat kita dengan objective ini? Jika kita merasa tidak bersemangat, ganti objective-nya ke objective yang bisa memicu semangat kita.
Anggap kita cukup bersemangat dengan objective tersebut, maka pertanyaan berikutnya: “Dari mana saya tahu bahwa saya sudah menjadi trainer produktivitas ternama di Indonesia?”—di sini, kita dipaksa untuk berpikir konkret. Apa ukurannya? Apa indikatornya? Apa buktinya?
Misal, indikatornya: “Setiap bulan minimal ada satu undangan event in house training bertema produktivitas.” Sudahkah terukur? Jika sudah lanjut ke pertanyaan berikutnya: “Dari mana saya tahu bahwa saya sedang menuju ke sana?”—ini pertanyaan untuk memonitor progres kita.
Jawabannya mungkin:
- “Follower Instagram saya meningkat dari 5K menjadi 10K dalam 3 bulan ke depan”
- “Qualified sales leads yang masuk melalui DM Instagram/email/Whatsapp minimal 5 leads setiap bulannya.”
Nah, sampai sini, tersusunlah OKR kita:
Objective: “Menjadi trainer produktivitas ternama di Indonesia.”
Key Results:
- “Minimal satu undangan event in house training bertema produktivitas setiap bulannya.”
- “Follower Instagram saya meningkat dari 5K menjadi 10K dalam 3 bulan ke depan”
- “Qualified sales leads yang masuk melalui DM Instagram/email/Whatsapp minimal 5 leads setiap bulannya.”
Setelah kita menetapkan OKR, maka PR berikutnya adalah bagaimana menjaga konsistensi untuk menuju ke sana.
Menjaga Konsistensi dengan Ritual Pekanan
Konsistensi sebenarnya hanya sebuah akibat dari proses pengelolaan progres yang baik. Saat kita mengalami progres, kita akan semakin termotivasi untuk bertindak. Ini menjadi siklus.
Tindakan → Progres → Motivasi → Tindakan → …
Inilah yang disampaikan oleh Teresa Amabile dan Steven Kramer di The Progress Principle, mereka mengatakan:
“Dari semua hal yang bisa meningkatkan emosi, motivasi, dan persepsi selama hari kerja, yang paling penting adalah membuat kemajuan dalam pekerjaan yang bermakna.”
Jadi, kunci untuk konsisten adalah mengelola kemajuan dengan baik: bertindak, mengenali kemajuan yang ada, merayakannya.
Bagaimana cara mengelola kemajuan? Dengan metode OKR, kita tidak perlu pusing. Sudah ada Key Results yang bisa kita ukur setiap pekannya.
Jadi, yang kita perlukan cukup melakukan weekly review terhadap kemajuan kita. Di momen inilah kita merayakan setiap keberhasilan dan memikirkan tindakan koreksi untuk memperbaiki langkah jika kemajuan tidak terjadi.
Ritual pekanan inilah yang menjadi napas dari OKR kita. Pada saat kita bisa menjalankan ritual ini dengan menyenangkan dan tanpa beban, kemajuan akan terjadi dengan sendirinya.
Saya pengin cerita banyak tentang OKR dan ritual pekanan ini. Karena apa yang saya tuliskan ini mungkin baru 5% dari ilmu OKR secara keseluruhan. Namun apa daya, tulisan ini sudah melampaui 800 kata. Padahal, saya memiliki aturan tidak tertulis: tidak menulis artikel lebih dari 750 kata. Aturan ini saya buat, supaya saya lebih sangkil dan mangkus dalam menulis.Jika teman-teman merasa butuh ilmu OKR ini secara lebih lengkap, saya mengundang teman-teman untuk hadir di workshop OKR Masterclass, hari Sabtu & Ahad, 10-11 Mei 2025, di Yogyakarta. Insyaallah di sini kita akan bedah tuntas ilmu OKR sehingga teman-teman bisa menerapkannya di ranah pribadi maupun bisnis. Bisa juga japri tim saya, kang Abko di 0852-2346-6222 kalau mau nanya-nanya seputar workshop ini (termasuk kalau mau nanya diskon khusus member inner circle, hehe).