Mind to Muscle: Mengubah Pemikiran Menjadi Tindakan
Ide apa yang menginspirasi Anda sehingga Anda ingin bertindak selaras dengannya? Pemikiran apa yang ingin benar-benar Anda satukan dengan perilaku Anda? Konsep apa yang Anda […]
Ide apa yang menginspirasi Anda sehingga Anda ingin bertindak selaras dengannya? Pemikiran apa yang ingin benar-benar Anda satukan dengan perilaku Anda? Konsep apa yang Anda […]
Kita tahu pentingnya pola makan sehat. Kita tahu pentingnya berolahraga. Kita tahu pentingnya berinvestasi. Kita tahu pentingnya mendengarkan dan memperhatikan orang lain yang sedang berbicara.
Jeffrey Pfeffer dan Robert Sutton menulis sebuah buku menarik berjudul The Knowing-Doing Gap. Mereka ‘mempertanyakan’ mengapa begitu banyak pelatihan, pendampingan, buku dan kursus hanya menghasilkan
Bahasa mencerminkan apa yang ada dalam diri seseorang. Bahasa mencerminkan belief system seseorang. Dalam konsep Family Therapy-nya Virginia Satir misalnya, penggunaan bahasa yang tak lengkap
Kita semua memiliki trigger (baca: pemicu dari luar) yang memicu emosi tertentu. Misalnya, ada kawan saya yang selalu marah ketika istrinya mengajak bicara tentang uang.
Pernahkah Anda melakukan sebuah kegiatan begitu asyiknya sampai lupa waktu? Pernahkah Anda mengerjakan sebuah pekerjaan begitu larutnya sehingga semua terselesaikan dengan begitu mudahnya, kemampuan Anda
“If you want to be happy, do not dwell in the past, do not worry about the future, focus on living fully in the present.”―
“Gara-gara dia aku menjadi tak enak makan” Pernah dengar kalimat semacam ini? Di dalam NLP, pola bahasa seperti ini disebut dengan pola bahasa sebab-akibat (cause-effect).
Mungkin teman-teman pernah mendengar tentang Navy SEAL. Entah lewat berita, atau lewat film. Konon katanya, untuk menjadi seorang anggota Navy SEAL, Anda harus melewati pelatihan
Film Ip Man 3 baru saja tayang. Biasanya peminat beladiri wing chun mulai bejibun. Situasi seperti ini tentu saja dimanfaatkan oleh perguruan-perguruan wing chun untuk